Riceknews.Id – Putri Syekh Ali Ahmad bin Abdurrahman Mulla, Khadijah Zahra binti Syaikh Ali Ahmad Mulla (8), pulang ke Indonesia untuk mengenyam pendidikan.
Syekh Ali Ahmad Mulla adalah muazin di Masjidil Haram, Mekkah. Ia menjabat sebagai muazin sudah lebih dari tiga dasawarsa hingga kini.
Khadijah Zahra pulang bersma ibunya, Ida Royani, yang merupakan warga asal Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Kalimantan Selatan.
Keduanya berangkat dari Jeddah, Arab Saudi, dan tiba di Bandara Syamsudin Noor, Kamis (19/12/2024) siang.
Kedatangannya disambut oleh para Ketua DPC PKB di Kalsel, yaitu Ketua PKB Banjar Muhammad Zaini, Ketua PKB HSS Yuniati, Ketua PKB Tanah Bumbu H Hasanuddin, Ketua PKB Banjarmasin Hilyah Aulia.
Ida Royani mengungkapkan bahwa kepulangannya ke Indonesia adalah untuk menyekolahkan anaknya di kampung halaman ibunya atas petunjuk suaminya, Syekh Ali Ahmad Mulla.
“Menurut pandangan Abuya, suami saya, menyekolahkan anak di Indonesia karena pendidikannya lebih baik, seperti ilmu akhlaknya, ilmu bagaimana bermasyarakat, silaturahminya orang indonesia lebih kuat,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan, proses pemulangan anaknya cukup panjang, karena masih berusia 8 tahun dan berstatus kewarganegaraan Arab Saudi.
“Membawa anak pulang ke Indonesia memerlukan waktu lebih dari satu tahun untuk mengurusnya,” ujar Ida.
Berapa lama rencana tinggal di Tanah Air, Ida bilang sampai anaknya selesai bersekolah. “Tergantung kapan anak saya selesai sekolah. Mungkin nanti akan sering ke Mekkah juga sambil berumrah,” ungkap Ida.
Ketua PKB Kabupaten Banjar, Muhammad Zaini, mengatakan pihaknya mendapat instruksi dari Waketum DPP PKB, Muhammad Hanif Dhakiri, untuk menyambut kedatangan anak dan istri Syekh Ali Ahmad Mulla.
“Kami ditugasi untuk memastikan keselamatan anak dan istri Syekh Ali Ahmad Mulla hingga sampai ke rumah. Alhamdulillah beliau berdua ini selamat selama perjalanan,” ungkap Zaini.
Senada dengan Zaini, Ketua PKB Tanbu, Hasanuddin, menambahkan bahwa kedatangan Ida Royani dan anaknya adalah hal yang sangat penting.
“Kami merasa ini adalah kewajiban kami, karena ibu Ida Royani adalah warga Kalimantan Selatan, tepatnya dari Kandangan,” ujarnya.