Konflik di Timur Tengah memberikan dampak kepada harga minyak dunia dalam pekan ini. Israel mengancam akan lakukan serangan balasan kepada Iran atas meluncurkan rudal ke Israel.
Kepala Analis Energi Global di Oil Price Information Service, Tom Kloza, menyatakan harga minyak akan mendekati titik tertinggi. Namun, untuk prospek jangka panjang kan lebih rendah.
“Mungkin minyak Brent bisa menyentuh angka US$ 80 per barel atau lebih tinggi,” katanya.
Dilansir dari AP, Minggu (6/10/2024), harga minyak naik lebih dari US$ 6 per barel pada pekan ini.
Namun, mengingat pada tahun 1973 terjadinya perang Yom Kippur, menyebabkan harga minyak naik empat kali lipat. Sekarang Amerika Serikat kini menjadi produsen minyak terbesar di dunia.
Sehingga ketegangan antara Israel, Hamas, dan Hizbullah yang didukung Iran belum memberikan dampak yang signifikan, kecuali Israel berseteru langsung dengan Iran.
Iran memproduksi 3,99 juta barel minyak per hari, atau sekitar 4% dari produksi global. Sebagai perbandingan, Arab Saudi produksi sekitar 9 juta per hari. Hingga pertengahan tahun ini, Iran mengekspor sekitar 2 juta barel minyak per hari.
Fasilitas ekspor utama Iran, seperti Terminal Kharg di Teluk Persia, bisa menjadi target serangan Israel. Terminal ini berperan penting dalam pengiriman minyak mentah ke luar negeri, terutama ke negara-negara Asia, termasuk China.